Rabu, 28 Maret 2012

Teman Terbaikku…

Teman Terbaikku...| Oleh: M. Didit Prasodjo | Kelas: X-3

Matahari cerah pagi ini. Angin pun bertiup dengan lembutnya. Terasa sejuk… Beginilah suasana di SMA Selayang Pandang… Dengan adanya pohon-pohon… tambah membuat sejuk Sekolah itu… Suatu ketika, seseorang lewat. Dia cantik jelita dan rupawan… Dia juga populer di sekolah ini Ya, Ika. Ika Hardyanti namanya. Dia adalah temanku. Karena rupanya yang cantik, aku tak jemu-jemu melihatnya. Tak lama kemudian, ia melihat kebelakang dan tersenyum padaku. Alangkah manis senyumnya… Dia berhenti dan melihatku dari radius 100 meter dari tempatku berdiri… Aku hanya bisa terdiam dan senyum kembali padanya. Ika pun bergegas menuju kelasnya… Kelasnya berada di lantai 2. Maklum, dia adalah salah seorang siswi Kelas Cerdas Internasional (Sama dengan Akselerasi di SMA biasa). Aku pun diam-diam mengikutinya… Aku pun bergegas menaiki tangga ke lantai atas. Disaat aku mau mulai berbelok… Dia muncul di hadapanku secara tiba-tiba… Praktis, aku kaget… Dia pun bertanya padaku “Seno, ada apa?” “Oh, tidak apa-apa… Aku hanya…” jawabku... dengan ragu-ragu. Dia langsung menarikku… masuk ke kelasnya… Di kelas tidak ada orang… Hanya dia dan aku disana… Dia mengajakku duduk… Lalu berkata “Eh, Seno, kamu punya pengalaman pahit nggak?” “Semua orang pasti punya…” “Aku ingin bicara sama kamu… Aku ada masalah dengan pacarku…” “Kenapa? Beritahu aku! Mungkin aku bisa bantu kamu…” “Begini…” Disaat ia mau menjelaskan masalahnya… Pacarnya Ika datang… Ika langsung bergegas keluar… Sementara, aku tetap duduk di kelas… Di luar, terjadi perdebatan sengit antara mereka… “Aku mau tanya sama kamu. Kenapa kamu sepertinya lebih mementingkan orang lain dibandingkan aku?!” ujar Ika. “Aku tidak mementingkan dia daripada kamu! Dia itu hanya kuanggap sebagai adik, tahu nggak?!” ujar pacarnya. “Adik bagaimana?! Dia itu bukan menganggapmu sebagai kakak asal kau tahu! Dia itu mengira bahwa perhatian yang selama ini kau berikan pada dia lebih dari seorang kakak! Melainkan… seorang yang suka padanya!” lanjut Ika. “Dengar! Dia itu hanya kuanggap sebagai Adik! Titik!” seru pacarnya. Aku hanya bisa melihat dari kejauhan… Ku tak bisa ikut campur urusan mereka… “Ah, aku udah capek sama kamu!” seru Ika. Ika pun pergi meninggalkan pacarnya… “Ika! Aku minta maaf. Aku khilaf!” seru pacarnya sambil mengejar Ika. Ika terus berlari sampai pacarnya tidak bisa menemukannya lagi… Aku pun turun dari tangga, bergegas menuju kelasku sendiri… Sementara itu, Ika terus berjalan menuju tempat paling sepi di sekolah ini… Ia berjalan… sampai ia menemukan tangga di dekat perpustakaan yang memungkinkan dirinya untuk duduk… Ia kemudian duduk… melamun… Air matanya pun tiba-tiba saja berlinang… Ia tampak sedih… “Kenapa dengan ku? Kenapa aku harus marah dengannya? Aku ini kok bodoh sekali…” ujarnya dalam hati… Ia terus saja berlinang air mata… Karena ia pikir bahwa apa yang ia lakukan saat ini bukan jalan yang tepat, ia memutuskan pulang ke rumah… --- Sesampainya di rumah, ia sudah disambut oleh ibunya… “Nak, udah pulang?” Tanya Ibunya. “Udah, bu…” ujar Ika. “Kok, lama amat… Nggak biasanya kamu pulang jam segini…” “Ada les, bu… Ika harus ikut lesnya…” “Ya udah… sekarang, kamu masuk dan ganti baju… Ibu sudah siapin makan buatmu…” “Baik, bu…” Ika pun bergegas masuk ke kamar dan mengganti bajunya… Disaat ia mau mengganti baju… Hp nya pun berdering… “Siapa ya yang nelpon aku? Tampaknya penting…” Awalnya ia abaikan telpon itu… Tapi, HP nya terus berdering… Dengan terpaksa ia angkat teleponnya… “Halo…” “Ika…” “Eh, Seno… Ada apa?” Tanya Ika. “Jalan, yuk…” ajakku. “Rasanya nggak bisa deh… Besok kan ulangan semester… Masa’ kamu nggak ingat?” “Ya udah… kan ruangan kita untuk ulangan kan sama yaitu ruangan 13… Jadi, besok kita bertemu ya… Ada yang ingin kubicarakan…” “Baiklah, sampai bertemu besok…” Ia pun menutup teleponnya… “Nak… Makanannya udah siap… Ayo makan dulu!” “Iya, bu… Ika menyusul…” Ika pun langsung bergegas ke ruang makan… Ika dan keluarganya pun menikmati santapan siang yang dibuat oleh ibunya itu… “Eh, Ika… Enak, nggak?” Tanya Ibunya. “Enak banget, bu…” ujar Ika. “Eh, kenapa belakangan ini kamu selalu pulang sore?” “Les, bu… Ya, ibu kan juga tahu sendiri kalau Anak ibu ini masuk di kelas Aksel. Berarti, Ibu juga harus mengerti bagaimana kondisi Ika, bu…” “Ya, ibu mengerti…” Setelah beberapa lama, Ika pun bergegas untuk mencuci piring… Lalu, ia belajar sedikit untuk Ulangan Semester Besok… Dan, tak lama kemudian… Ia pun tertidur… Esoknya… Ia bangun… Ia melihat jam dindingnya yang menunjukkan Jam 07.00… Haah? Jam 7… Dia hampir terlambat… Jadi, dia bergegas mandi… Lalu, ia cepat-cepat memakai baju sekolah… Beruntung Hari ini tidak upacara dan beruntung juga bahwa Ia telah menyiapkan semua alat tulis dan pembelajaran kemarin… Saat semuanya siap, ia langsung berangkat dengan sepedanya… Walaupun seringkali diejek, tapi ia tak menghiraukan ejekan teman-temannya… Ya, walaupun dia anak Aksel sekalipun… Tapi, ejekan pasti tidak luput dari dirinya… Setelah lama mengayuh sepedanya… Ia pun sampai di sekolah… Ternyata, Aku sudah menunggu di gerbang… “Seno?! Kenapa kamu menungguku?!” Tanya Ika heran. “Lho, aku ingin bicara banyak sama kamu…” ujarku. “Ya udah… Kita masuk dulu… Aku parkirkan Sepeda ini… Lalu, kita ngobrol.” Lanjut Ika. Aku pun hanya bisa menganggukkan kepala… Aku pun menemani Ika memarkirkan Sepedanya… Setelah itu, Aku pun ngobrol dengannya sambil jalan menuju ruang kelas… “Aku ingin cerita sama kamu…” ujarku. “Ada apa?” Tanya Ika. “Begini… Aku mau cerita tentang ibuku…” “Kenapa dengan ibumu?” “Ibuku sudah meninggal…” “Hah?! Serius?!” “Iya… kemarin beliau menghambuskan nafas terakhirnya…” Aku pun tak bisa menahan tangis… Sungguh, aku nggak bisa menahan kesedihan itu… Namun, kesedihanku berangsur hilang… Karena, Ika mencoba menenangkan pikiranku… “Seno… yang sabar, ya… Kamu nggak bisa terus sedih begini… Lebih baik, kamu lakukan apa yang mesti kamu lakukan dan banggakan orang tuamu walupun ia sudah tiada… Menangis tidak bisa menyelesaikan masalah, Seno…” ujar Ika sambil tersenyum. “Kau benar, Ika… Eh, kabarnya hubunganmu dengan pacarmu sudah diambang pintu, ya?” ujarku… “Entahlah… Aku nggak mengerti apa isi pikiran dia… Kita lihat saja nanti…” jawab Ika, kemudian tersenyum manis padaku. Walaupun ia banyak masalah, ia selalu tersenyum… Entah kenapa perasaanku ini semakin kuat… Perasaan? Ah, lupakan… “Eh, kita udah dekat dari kelas… Masuk aja, yuk… sambil kita ngebahas soal yang dikerjain di rumah…” ujarku. “Ide bagus, Ayo!” seru Ika sambil senyum. Aku dan Ika pun masuk ke ruangan kelas tempat kami bakal ulangan semester… Dikarenakan system absen total, Maka, Siswa Aksel dan Siswa Reguler bercampur jadi satu ikut ulangan semester… Karena itulah, Ika bisa berada denganku pada satu ruangan… Aku pun mulai ngebahas soal… Dia orangnya cukup antusias dalam hal mengerjakan soal… Apalagi Matematika sama Fisika yang nilaiku saja bisa anjlok… Aku kagum sama dia… Beberapa menit kemudian, Pak Guru masuk membawa soal-soal Ujian beserta lembar jawabannya… Kali ini pelajaran TIK. Ia pun dengan percaya diri mengerjakan soal-soal Ujian… Aku berada duduk disebelah kirinya… Otakku benar-benar kosong untuk soal TIK seperti ini… Namun, dia memberikan bantuan kepadaku… Aku pun bertanya sekali-sekali disaat ada soal yang ku tidak tahu dan dia memberitahu jawabannya dengan senang hati… Tapi, aku nggak bisa terus bergantung pada dia, kan? Karena dia anak Aksel dan soal semesternya sama… Mereka memutuskan untuk menyontek Ulangannya Ika. Benar-benar tidak bermoral… Apaan sih mereka… Lihat jawaban orang tanpa izin… Kalu memang tidak tahu, Tanya saja! Ngapain pakai cara seperti itu… Beberapa menit kemudian, Ulangan Semester untuk TIK selesai… Semua lembar jawaban dikumpul… Ia meneliti kembali jawaban-jawaban yang telah ia bulati… Setelah selesai, barulah ia kumpul lembar jawaban itu… Karena Sekolah ini Standar Internasional… Maka, Hari ini Ulangan Semester suatu Mata pelajaran… Maka hari ini juga diumumkan hasil-hasilnya… Sekolah ini menyediakan 4 buah Scanner untuk Scanning hasil Ulangan Semester… Setelah diteliti… Hanya Ika sendiri yang nilainya diatas KKM yaitu, 85. Sisanya… 75 merata… Praktis, semua teman-teman yang ujian di Ruang 13 protes… Bukannya protes ke guru… Malahan protes sama Ika… Kenapa harus dia jadi sasaran? Mereka jelas-jelas minta contekan sama dia… Tapi, Yang mereka isi kebanyakan salahnya ketimbang benarnya… Ujung-ujungnya, menyalahkan orang lain… Ika hanya bisa diam dan sabar… Beberapa saat kemudian, Ika dipanggil Pak Guru TIK, yaitu Pak Soemardi… “Ika, saya heran… dari semua siswa… Hanya anda sendiri yang benar… Kenapa?” Tanya Pak Soemardi. “Saya coba cari soal… lalu, saya cari materi di internet dan jawab soal-soal yang telah saya cari… Dan beruntungnya, Soal itu ada di Ulangan kali ini… Tapi, memang bapak tidak pernah mengajarkan soal itu kepada kami… Jadi, bagaimana bisa mereka mendapat nila tinggi dan valid jika Soalnya saja tidak pernah dipelajari sebelumnya…” terang Ika. “Baiklah… Sekarang, sebutkan Soal-Soal yang menurutmu tidak pernah dipelajari?” “4 Soal pak! Dari 20 soal…” “Ok, saya akan membuat 4 soal tersebut menjadi bonus…” “Makasih, pak…” Aku mengintip dari balik ruang piket… Alangkah mulia hatinya… Ia membantu teman-temannya untuk mendapat nilai tinggi. Ya, jujur Soal tadi ada 4 Soal yan gtidak pernah dipelajari… Dan dia minta 4 Soal itu bonus… Bayangkan saja… Dia membuat yang lain mendapat nilai tinggi ketimbang dirinya… Tapi, tidak seharusnya ia berbuat seperti itu, kan? Tapi, walau bagaimanapun… Aku tetap salut sama dia… Akhirnya, Pak Soemardi mengumumkan ulang hasil Ulangan Semester untuk TIK. Ternyata, setelah direvisi… Banyak yang mendapat nilai diatas KKM… Pak Soemardi hanya bisa senyum-senyum melihat hasil yang sangat memuaskan ini… Dan, Saya akhirnya tidak jadi dapat nilai 5 Namun, 80… Tinggi, ya? Betul… Tapi, aku masih merasa tidak enak… Nilai dia jadi sama dengan yang lainnya… Jadwal hari ini hanya Ulangan TIK… Akhirnya, aku memutuskan untuk pulang bersama Ika… Karena aku pergi jalan kaki, Pulangnya juga jalan kaki… “Eh, Ika… Kamu nggak keberatan jika nilai mu sama dengan yang lainnya?” tanyaku cemas. “Aku mengkritik Soal itu berdasarkan fakta… Nyatanya juga 1 soal yang telah kuisi yang ternyata dibonuskan itu awalnya salah, lho… Jadi, bonus ini juga menyelamatkanku… Aku mendapat nilai 90…” ujar Ika dengan tenangnya. “Syukurlah… Eh, aku ingin ngomong sesuatu sama kamu…” ujarku. “Apa?” Tanya Ika. “Jujur… Aku suka sama kamu…” ungkapku dengan perasaan malu-malu… “Apa? Kamu serius?” Tanya Ika kaget… “Entahlah… Namun, melihatmu saja… sudah membuatku nyaman…” ujarku dengan tenangnya. “Baiklah… Tapi, aku nggak mau kita pacaran…” ujar Ika sambil tersenyum… “Lho, kenapa?” tanyaku. “Aku suka sama kamu… Tapi, akan lebih baik kalau kita menjadi teman, kan? Yang saling menyukai…” jelas Ika. Aku hanya bisa tersenyum… Jujur, Aku mulai lega mendengar perkataannya. Ya, dia adalah orang yang kusukai… Dia telah mengubah pandanganku terhadap perempuan Dan juga, ia telah mengubah hidupku… Dia adalah teman terbaikku...